Sunday 11 January 2015

MAMA

Tulisan kali ini adalah tulisan mengenai mama. Saya akan mendeskripsikan mama saya. 




Mama adalah seorang wanita yang sangat kuat. Mama adalah wanita paling cantik yang pernah saya temui. Mama adalah wanita yang sangat sabar dalam menjalani kerasnya hidup ini. Mama yang selalu berusaha untuk membuat anaknya bahagia. Mama yang selalu berusaha memnuhi kebutuhan anaknya. Mama yang selalu berusaha berdiri tegak disaat mama susah untuk berdiri tegak menjalani hidup ini. Mama adalah wanita pekerja keras yang tidak mengenal lelah. Mama adalah wanita yang sangat saya cintai. Sudah bertahun tahun mama menjalani hidup tanpa seorang suami. Bertahun tahun mama berusaha bekerja sendiri tanpa bantuan sosok laki laki disampingnya. Bertahun tahun mama berusaha tersenyum melawan semua kesedihan yang ia alami. Bertahun tahun mama hanya berusaha untuk mencukupi kebutuhan anaknya dan membuat anaknya bahagia. Saya sangat bangga melihat mama bisa bertahan selama ini tanpa seorang sosok laki laki. Mama adalah inspirasi saya. Kelak nanti saya sudah berjanji kepada diri saya sendiri untuk melanjutkan apa yang sudah mama hentikan disaat dulu. Mama dulu membuat toko roti dan terhenti ditengah jalan begitu saja. Dan itulah yang akan saya lanjtkan ketika saya besar nanti. Inilah mama,sosok wanita yang sangat cantik yang menjadi inspirasi saya.







SHIROKUMA



Kali ini saya akan kembali menulis review tentang salah satu tempat makan yang sedang hits di Jakarta. Tempat ini terletak di Ruko Crown Golf bukit golf mediterania Pantai Indah Kapuk,Jakarta. Akhir akhir tempat ini ramai menjadi perbincangan para anak muda. Krena tempatnya yang menarik begitu pula dengan menunya yang serba green tea. Saya pun tertarik untuk mencobanya. Lalu saya pergi bersama pacar saya. Dan begitu sampai di daerah PIK saya agak bingung mencarinya karena tempat ini kecil dan tidak begitu kelihatan. Saya pun masuk tanpa menunggu karena saya kesana pada hari biasa,tetapi jika kesana dihari jumat akan waiting list. Lalu saya pun memesan green tea latte seharga Rp 25000 , tasting plate seharga Rp 32000 dan matcha caramel frappe seharga Rp 33000. Untuk rasa dari green tea lattenya sama seperti rasa dari green tea latte ditempat lainnya,untuk tasting plate menurut saya cukup menarik karena berisi ice cream matca,matcha cake dan harusnya red bean tetapi karena red beannya habis maka bisa diganti dan saya ganti dengan matcha jelly. Menurut saya tempat ini sangat menraik untuk orang orang yang menyukai matcha,karena menunya yang beragam membuat orang ingin mencobanya satu per satu. Kedua kali saya datang pada hari jumat bersama teman teman saya. Saya datang pada hari jumat sore dan ketika saya sampai disana saya harus menunggu sekitar 15 menit karena tempat yang penuh. Saya pun memesan menu yang berbeda lagi seperti shiratama parfait seharga Rp 35000 yaitu didalamnya terdapat matcha ice cream dengan cornflakes,mochi,red bean dan matcha jelly. Lalu saya juga memesan snow affogato seharga Rp 33000 yaitu seperti cotton candy yang diberi sirup espresso atau bisa diganti dengan matcha. Secara tempat tempat ini tidak terlalu besar tapi cukup nyaman dan pelayannya yang cukup ramah membuat kita tidak menyesal untuk datang ketempat ini. Tetapi sekarang Shirokuma bukan hanya di PIK saja tetapi sudah dibuka di Gandaria City Mall :D















AYAH



















Ayah

Disini aku merindukanmu

Disini aku membutuhkanmu

Disini aku mengharapkanmu kembali




Ayah

Dimanakah kamu berada?

Dimanakah kamu saat ini?

Dimanakah aku bisa menemuimu?



Ayah

Kau telah meninggalkan ku

Kau telah pergi jauh kesana

Kau telah pergi meninggalkan ku untuk selamanya



Ayah

Andai waktu bisa diputar

Andai semua bisa kembali seperti dulu

Andai kau bisa di sampingku kembali



Aku merindukanmu,ayah.
 



some time out

Akhir akhir ini saya sedang suka membaca puisi,ini adalah satu puisi yang saya sukai. Puisi ini adalah puisi karya Lang Leav.




SOME TIME OUT


The time may not
be prime for us,
though you are
a special person.

We may be just
two different clocks
that do not tock
in unison.

-Lang Leav









"The time may not be prime for us"


Kutipan baris pertama diatas menyatakan bahwa waktu tidak lagi menjadi prioritas utama lagi bagi mereka.


"Even though you are a special person"


Pada baris kedua menekankan bahwa mereka merasakan hal yang spesial satu sama lain.


Dilihat dari 2 kutipan tersebut, menjelaskan bahwa meskipun mereka merupakan orang yang "spesial" satu sama lain, mereka sudah tidak lagi memprioritaskan satu sama lain.
Sekarang mari kita beralih ke paragraf kedua:




"Maybe we're just two different clocks
That do not tock in unison"


Jika diterjemahkan kedalam bahasa indonesia menjadi


"Mungkin kita hanya dua buah jam yang berbeda
Yang tidak berdetak dalam satu kesatuan"


Kutipan diatas merupakan perumpamaan bahwa mereka hanya sedang bersama dan bukannya bersatu. Kesimpulannya adalah, puisi ini menceritakan tentang sebuah pasangan yang hanya bersama dan tidak bersatu karena mereka sudah tidak lagi menjadi prioritas bagi masing-masing individu.




inilah tulisan saya mengenai puisi karya Lang Leav.










back in your arms

Cerita ini saya buat berdasarkan lagu dari bruce springsteen yang berjudul back in your arms

Bali, 30 April 2014 pukul 23.30 WITA

Gue menghempaskan tubuh di atas kasur. Bener-bener capek ya hari ini, jalan jauh panas pula. Iyalah panas namanya juga bali..ok maaf gue jayus. Temen sekamar gue, bagol pergi entah kemana. Dan karena dia gaada, jadilah gue sendirian malam ini dikamar. It’s almost midnight. Entah kenapa feeling gue tiba-tiba gaenak. Ada hawa aneh yang menyergap di kamar ini. Seketika, suasana menjadi terlalu sepi. Perasaan gue doang, okay? Pikir gue, menenangkan diri sendiri.

Gue pun lalu menyalakan tv, sekedar untuk mengusir hawa aneh dan sepi yang semakin menjadi. Saat itulah notification di hp gue berbunyi. Buru-buru, gue ambil hp gue dan mengecek. YES! Gue bersorak kegirangan dalam hati. Sesuai dugaan gue, pacar gue pun nge-chat gue, menanyakan keberadaan gue.



“Dikamar sayang aku baru sampe”



“Oh kamu udah sampe? Okedeh” Balasnya.



Saat gue sedang berpikir akan membalas apa, dia pun melanjutkan “Udah malem git, bobo sana”



Gue tertawa pelan. Lucu jg nih Ardha malem-malem gini. Kaya gatau jam main gue aja doi. “Kamu kaya gatau jam main aku aja;p”



“Gaya. Awas loh ada yang ngetok…”



Membaca balasan dari Ardha, jantung gue seolah berhenti berdetak. Buru-buru gue mencari nomernya di daftar contact dan meneleponnya.



“Haha kenapa?”



“Ardhaaaaa jangan iseng dooong”



Tiba-tiba telfon terputus. Anehnya, dari seberang tidak terdengar suara apapun. Gue tidak mendengar suara tut tut tut seperti saat telefon terputus. Oke, ini semakin malam, gue makin merinding. Tenang git tenang…….hp lo suka error okay? Saat gue mau mencoba menelfon Ardha balik, saat itulah terdengar ketukan di pintu kamar gue.



“Anjritttt…..” Buru-buru gue menekan tombol call, namun lagi-lagi tidak terdengar suara apapun. Sepi. Hening. Kosong. Suara ketukan itu terdengar lagi.



“Gol? Elu bukan?” Tidak terdengar jawaban, namun ketukan terdengar lagi. Oke, gue akui gue takut. Tanpa basa basi, gue pun nge-ping attack Ardha.



“Apa git?” Saat itu terdengar ketukan lagi.

“Ardha….ada yg ngetok pintu…aku takut…”



“Buka aja” What? Ga salah nih Ardha? Gila kali ya pengen gue mati apa?



“Gamauuuu Ardhaaa”



“Buka aja gapapakok git”



Iseng, gue berjalan takut-takut kearah pintu dan mengintip dari lubang di pintu. Hati gue mencelos. Damn, diluar gaada siapa-siapa……terus…siapa dong yang ngetok? Tenang tenang git….



“Dha….diluar gaada siapa-siapa aku udh ngintip….”



“Kok ngintip? Aku bilangkan buka pintunya”



Oke. Gue pasrah. “Hh yaudah kalo aku gaselamat aku Cuma mau bilang kalo aku sayang kamu, oke? Bye” Dan perlahan gue menuju ke arah pintu, dan membuka pintu perlahan………….



Saat pintu terbuka lebar, barulah terlihat apa yang ada di balik pintu itu. Ternyata Ardha! Dia tersenyum dengan senyumnya yang super duper cute tapi mukanya galak. Ada perasaan lega dan senang menyeruak di hati gue. Tanpa pikir panjang, gue pun memeluk Ardha.



“Kenapa gabilang siiiih bikin takut taugaaa”



“Kalo bilang gajadi kejutan dong git” Katanya sambil balas memeluk gue dan mencium kepala gue lembut.



“Katanya gabisa nyusul…katanya….ah gataulah pokoknya aku seneng bgtttt” Balasku sambil memeluknya semakin erat.



Setelah mencium kepala gue sekilas, Ardha melepaskan pelukan gue. “Kamar aku diatas, mau tetep disini atau pindah git?”



“Pindah dong! Ngapain amat disini! Tunggu ya beresin barang dulu” Saat hendak melangkah masuk, Ardha menahan tangan gue.



“Barangnya besok aja dipindahin, udah malem mending istirahat”



Gue pun mengangguk menyetujuinya dan segera mengikuti Ardha menuju lantai 2, tempat kamarnya berada.

Entah perasaan gue atau ada yang aneh dari Ardha? Gue melirik sekilas kearah Ardha yg berada di samping gue. Wajahnya terlihat pucat. Ah, mungkin Ardha capek setelah flight Jakarta-Bali selama 2 jam. Gue pun memutuskan untuk tidak ambil pusing dengan feeling aneh-aneh gue, dan melangkan masuk kekamar Ardha.



Bali, 1 Mei 2014 pukul 00.16 WITA



Gue langsung menghempaskan tubuh di kasur Ardha, diikuti oleh Ardha yang berbaring di samping gue. Ardha mengelus rambut gue, kemudian turun ke pipi sambil tersenyum. Oh god, senyum itu yang selalu bikin gue luluh dan jatuh cinta semakin dalam. Sambil mengabaikan kenyataan bahwa (menurut gue) wajah Ardha semakin terlihat pucat, gue bersandar menutupi wajah gue di dadanya. Ardha pun memeluk dan mengelus kepala gue, yang selalu dilakukan agar gue nyaman.



“Aku sayang kamu, Ardha”



Gue bisa merasakan Ardha tersenyum “Dunia akhirat aku selalu sayang sm kamu, git”



Entahlah. Pasti perasaan aneh gue lagi. Gue menangkap adanya nada kesedihan dari perkataan Ardha barusan. Semakin aneh pula karena tumben-tumbenan Ardha membicarakan soal akhirat. Dalam kamus Ardha yg hedon parah, mana ada kata akhirat.



Sambil sibuk dengan pikiran gue, Ardha menambahkan “Kamu percaya ga kalo aku tetep sayang kamu sampai akhir hidup aku?”



Aku tertawa pelan “Apasih lebay bgt deh”



“Aku serius git, aku sayang kamu sampe aku mati. Cuma kamu, bukan siapa-siapa”



Ya. Inilah Ardha. Mungkin kata-katanya terdengar lebay, namun nada bicaranya lah yang memancarkan kesungguhan Ardha. Mau tak mau, gue luluh juga mendengar gombalan Ardha itu.



“Dasar tukang gombal, galak”



“Tapi kamu seneng kan hahaha. Udah git, tidur gih udah malem”



“Aku blm mau bobo tapiii” Gue pun menguap. Sial. Berada di pelukan Ardha membuat gue merasa nyaman sampai bisa membuat gue tertidur.



Ardha tersenyum dan terus membelai rambut gue dengan lembut dalam pelukannya. Karena sudah tak tertahankan, gue pun tertidur. Sebelum gue tertidur, gue merasakan pelukan erat Ardha semakin mengendur, dan sadar tidak sadar, gue mendengar bisikan lirih Ardha…



“Goodbye git, I love you so much”



Bali, 1 Mei 2014 pukul 06.00 WITA



“Git, git, woy bangun git lo ngapain tidur disini?”



Terdengar suara temen gue, Bagol membangunkan gue. Begitu membuka mata, gue melihat bahwa gue dikeliingi teman-teman gue, Meli, Ayu, dan Cibe. Gue pun duduk, dan menyadari bahwa gue ada ditengah koridor.



“Ada yg mindahin gue?”



“Iye ada, reog. Jangan bercanda deh git lo ngapain?” JawabBagol ketus



“Kocak lu gol. Au gue jg bingung, Ardha mana?”



Seketika temen-temen gue terdiam. Bahkan wajah Ayu pun terihat pucat sisanya memandangi gue dengan wajah antara takut dan khawatir.



“Mending liat ini aja ya git…” Ayu pun menyodorkan hpnya kearah gue. Di layarnya terpampang sebuah berita. Pesawat boeing…..bodo amat dah tujuan Jakarta-Denpasar mengalami kecelakaan yang parah.



“Mmm trus hubungannya sama gue apa ya?”



Meli pun memegang tangan gue dengan lembut, “Itu…..pesawat yang ditumpangi Ardha git…..”



Mata gue melebar, menepis tangan yang kini di genggam erat oleh Meli. “Jangan bercanda lo mel, yang dinaikin lain kali, orang semalem gue tidur dikamar ini sama Ardha”



“Kamar yang mana git?” Jawab Bagol dingin.



“Yang it…” Gue hendak menunjuk kamar dibelakang gue, namun hanya terdapat gudang disitu. Gue langsung bangkit, menyusuri lantai 2, namun tidak ada kamar disitu. Hanya ada gudang, tempat penyimpanan dan beberapa kamar yang tidak terpakai. Gue terdiam mematung di ujung tangga.



“Git…..” Meli memegang pundak gue, gue langsung menepisnya. Dibelakang, gue mendengar isak tangis Ayu dan Cibe berusaha menenangkannya, serta Bagol yg mengumpat.



“Pagi ini ada 15 miss called dari Rayan…dia bilang…………Ardha tewas……dia meninggal di tempat saat pesawat itu jatuh…..dia…berniat nyusul lo begitu urusannya kelar, dia berusaha ngehubungin lo, tapi hp lo ga aktif”



“Gausah bohong Mel! Bullshit! Hp gue fine fine aja semalem! Gue sempet chat sm Ardha! Liat” Gue menunjukkan layar hp yg berisi chat gue dengan Ardha. Gue belom mempercayai kalo Ardha….



“Git tapi….”



“Waktunya sama sama waktu Ardha meninggal git” Kata-kata Meli dipotong oleh Ayu, yg menangis semakin jadi.



Gue pun menendang kursi yang ada di depan gue, menonjok tembok di sebelah gue, kemudian gue jatuh terduduk, tangis gue pecah “anjing! Gamungkin! Ardha ga mati!”



Meli menghampiri gue dengan mata berkaca-kaca, berusaha tegar untuk gue. Kemudian memeluk gue dan ikut menangis.



“Semalem Ardha dating kok Mel…..dia ngasih kejutan…dia meluk gue ngelus kepala gue Mel, gue masih bisa ngerasain semuanya. Dia bilang dia sayang gue sampe mati, dia meluk gue kenceng….Ardha masih hidup Mel…..”



Gue pun menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Meli. Gue sangat sangat menyesal. Gue ga mempercayai feeling gue. Dan…Ardha mengucapkan selamat tinggal ke gue. Harusnya gue ga pernah nyuruh dia nyusul, harusnya gue…….ah. Gue merasa pusing. Pandangan gue kabur, gue melihat darah menetes ke lantai dari hidung gue. Hal terakhir yg gue ingat adalah jeritan histeris Ayu, lalu semuanya berubah menjadi gelap.



Jakarta, 2 Mei 2014 pukul 13.00

Satu persatu orang-orang mulai menjauhi pusara Ardha. Gue tetap berdiri mematung di depannya. Tanpa ada setitik airmata mengalir di pipi gue, bahkan ketika jenazah Ardha dimasukkan kedalam liang lahat, keadaan gue tetep sama. Berdiri mematung. Gue bahkan bergeming saat Meli dan yang lain berkata bahwa mereka pergi duluan. Hingga tinggalah gue sendiri.

Gue duduk bersimpuh disamping pusara Ardha tanpa mempedulikan delana gue yang kotor karena tanah. Gue mengusap nisan Ardha, dan memajukan badan untuk menciumnya. Gue membayangkan mencium kepala Ardha. Sama seperti apa yg selalu dia lakukan ke gue. Setelah beberapa saat, gue pun kembali ke posisi awal.



“Ardha…..” Gue berbisik lirih.



Gue pun menunduk, mengira bahwa akan ada air mata yang jatuh, membasahi pusara Ardha. Namun perkiraan gue salah. Saat itulah gue tersenyum. Gue pun menjulurkan badan lagi untuk mencium nisan Ardha, lalu menatap keatas langit yang sudah mulai mendung.



“Tunggu aku disana ya” Gue tersenyum. Setelah berkata begitu, gue pun masuk kedalam mobil Mazda CX-5 abu-abu gue, menyalakan mesinnya, bersiap untuk pulang. Ya pulang. Pulang ke Ardha….



Jakarta, 2 Mei 2014 pukul 13.30



Teng teng teng



Terdengar tanda bahwa aka nada kereta melintas. Gue pun menghentikan mobil gue. Saat palang turun, terdengar suara ribut orang-orang. Dasar orang Jakarta, dikit aja sabar emang gabisa? Untuk meredam suara ribut orang-orang itu, gue menancapkan kabel aux dan menyetel lagu favorit gue dan Ardha.



Now I wake from my dream, I wake from my dream to this world.
Where all the shadow and darkness and a dark sky unfurls.
And all the love I've thrown away and lost, honey I'm longing for again.
Now there's nothing that I wouldn't do if I could be

Back in your arms, back in your arms again.
Back in your arms, back in your arms again.
Back in your arms, back in your arms again.
Back in your arms



Sambil bersenandung pelan mengikuti irama, gue pun meletakkan jidat gue diatas setir. Terdengar suara gemuruh kereta dari kejauhan. Gue pun tersenyum.



“Akhirnya kita bisa bareng lagi ya….I’ll see you soon, Ardha”





In my dream my love was lost, I lived by luck and faith.
I carried you inside of me, and praied it wouldn't be to late.
Now I'm standin' on this empty road, where nothin' moves but the wind...




EDGAR DEGAS

Kali ini saya akan membuat tulisan tentang seorang pelukis impresionisme dari pranciss. 




Edgar Hilaire Germain Degas, lahir pada 19 Juli 1843 di Paris, Prancis. Merupakan seorang pelukis aliran impresionis yang menolak disebut demikian, dan menyebut dirinya sebagai aliran realis. Anak sulung dari lima bersaudara sebuah keluarga yang cukup kaya. Ia memulai pendidikannya di Lycće Louise-le-Grand pada usia 11 tahun, kemudian lulus tahun 1853. Saat usianya 18 tahun, Degas mengubah kamarnya menjadi studio dan mulai mengopi karya-karya di Lourve. Tetapi sang ayah mengaharpkan Degas untuk melanjutkan pendidikannya ke sekolah hukum, dengan setengah hati ia pun melanjutkan pendidikannya di fakultas hukum, Paris University. Tahun 1855 ia diterima masuk École des Beaux-Art di paris, ia diajari menggambar oleh Louise Lamothe dengan bimbingan Jean Auguste Dominique Ingres, seorang pelukis neoklasik yang dihormati Degas. Pada tahun 1856, Degas

melakukan perjalanan ke Italia untuk belajar dan menetap selama 3 tahun.












The Bellelli Family



Tahun 1858 Laura mengundang Degas untuk tinggal di rumahnya, di Florence. Degas meneriman undangan tersebut dan mengambil kesempatan untuk belajar di Uffizy Gallery. “The Bellelli Family” merupakan lukisan pertama yang Degas hasilkan saat menetap di Florence. Lukisan bergaya realis ini menggambarkan keluarga bibinya. Wanita yang berdiri bersama dua orang gadis kecil adalah bibinya, Laura dan dua keponakannya yaitu Giulia dan Giovanna. Sementara lelaki yang duduk adalah suami bibinya, Gennaro Bellelli. Bibinya digambarkan mengenakan gaun berwarna hitam sebagai simbolisasi dari kedukaan bibinya atas kepergian ayahnya, yaitu kakek Degas. Sekarang lukisan ini berada di Musèe d’Orsay di Paris, Prancis.







Degas bertemu dengan Edouard Manet pada tahun 1864 saat mereka secara tidak sengaja mengopi lukisan yang sama, lukisan Velàzquez di Louvre. Pertemanan mereka menjadi salah satu peran penting dalam pengembangan impresionisme. Tahun berikutnya, untuk pertama kalinya karya Degas dipamerkan di Salon. Lukisannya yang berjudul Scene of War in the Middle Ages menarik sedikit perhatian para juri. Karyanya pun terus dipamerkan di Salon berturut-turut selama 5 tahun. Kemudian Degas mengabdikan dirinya untuk ikut serta dalam perang Prancis-Rusia pada tahun 1870-1871 dan mendapati pengelihatannya rusak selama pelatihan senapan.



A Cotton Office in New Orleans



1872 Degas melakukan perjalanan ke New Orleans untuk mengunjungin adiknya René dan keluarganya yang lain. Selama disana Degas menciptakan banyak karya dan kebanyakan menggambarkan keluarganya. Salah satu lukisannya adalah “A Cotton Office in New Orleans”. Menggambarkan keadaan saat bisnis kapas pamannya, Michel Musson bangkrut. Selain pamannya yang sedang memeriksa kapas, dalam lukisan ini juga terdapat gambar René, adik Degas yang sedang membaca berita di koran. Dan adiknya yang lain, Achille yang bersender di jendela. Lukisan ini dipamerkan di pertunjukan impresionis kedua di Paris pada tahun 1876 dan akhirnya dibeli oleh sebuah museum baru, Musée des beaux-arts de Pau. Ini merupakan satu-satunya lukisan Degas yang terjual semasa hidupnya.

Tahun-tahun berikutnya Degas terus menghasilkan karya-karya yang di dominasi dengan penari balet, karena itu merupakan objek favoritnya. Tidak hanya melukis, Degas juga menggeluti fotografi dan seni patung. Mendekati akhir abad 19, kinerja Degas berkurang. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengumpulkan karya-karya seniman yang dikaguminya. Di penghujung hidupnya, Degas masih terus berkarya. Karena pengelihatannya semakin rusak, ia beralih dari cat minyak ke pastel karena lebih mudah digunakan. Akhirnya ia meninggal pada 27 September 1917 di Paris, Prancis.



















REFERENSI
http://www.edgar-degas.org/biography.html

http://www.theartstory.org/artist-degas-edgar.htm

http://totallyhistory.com/the-bellelli-family/

http://en.wikipedia.org/wiki/A_Cotton_Office_in_New_Orleans